Safety Driving: Kenali Perbedaan Antara Aggressive dan Defensive Driving

Sahabat Oto… Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 19 September 2020 Daihatsu bersama GT Radial kembali selenggarakan acara Safety Driving dengan tema Aggressive VS Defensive Driving yang ditayangkan langsung melalui IG Live dengan tajuk Ngobrol Asyik.

Program yang dapat diakses melalui kanal Instagram @daihatsuind ini merupakan acara edukasi yang dapat dinikmati oleh Sahabat Daihatsu di seluruh Indonesia. Acara ini juga mengajak Sahabat Oto agar selalu menjaga perilaku berkendara yang aman demi meminimalisir potensi kecelakaan. 

Pada acara berdurasi 50 menit ini, Sony Susmana, selaku Senior Instructor dari SDCI (Safety Defensive Consultant Indonesia) sebagai narasumber, mengajak agar kita berkendara secara defensive, karena mayoritas angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh gaya mengemudi yang aggressive.

Secara singkat, ia memaparkan, bahwa defensive driving merupakan perilaku mengemudi yang mengedepankan sisi proaktif, yang artinya berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi, sehingga potensi bahaya dapat dicegah dan dapat meminimalisir potensi kecelakaan.

“Untuk dapat mengemudi secara defensive driving cukup mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” ujarnya.

Sama halnya dengan safety driving, secara prinsip defensive driving, bertujuan meminimalisir resiko bahaya. Namun, perbedaannya adalah safety driving memerlukan kemampuan/skill berkendara yang baik dan benar.

Lain halnya dengan aggressive driving, tipe ini biasanya didominasi oleh green driver yang pada umumnya adalah pengemudi berusia muda dengan jam terbangnya sedikit, emosinya tidak stabil, dan sering show off. Ciri-ciri tipe ini adalah ngebut dengan kecepatan yang tidak konsisten, berjalan zig-zag tanpa memberikan lampu isyarat (sign), akselerasi dan deselerasi kasar.

Perilaku Green driver tidak patut dicontoh dan pihak berwajib harus jeli dalam menertibkan mereka agar kondisi lalu lintas menjadi baik, karena jika dibiarkan, tipe ini akan menjadi pengemudi yang aggressive. Berdasarkan statistik data kecelakaan di Indonesia, tipe pengemudi ini penyumbang kecelakaan tertinggi dengan persentase sebesar 55%. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top